Selasa, 27 Oktober 2009

~ cerita tentang derita ~

dengan nama Allah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih

Terngiang-ngiang dialog sebuah cerita:

'Boleh saya bantu anda'
'Saya tak tahu apa yang saya harus rasa, 2 orang sahabat yang saya sayangi sedang bergelut dengan maut. Saya merasa seolah-olah tuhan itu tidak wujud'
'Oh, tapi pada saya pada saat beginilah keyakinan saya pada tuhan semakin kuat'
'Hmm???'

Bagaimana pula kala derita kita boleh merasa bahagia??? Sebenarnya ada terlalu ramai orang membicarakan tentang perkara ini. Ianya kan menjadi tajuk yang panjang andai dibincangkan di sini. Cumanya saya terpanggil untuk berkongsi kata-kata di bawah ini bersama semua...

Siapa yang akan diberikan kebaikan (nikmat) oleh Allah diberikannya penderitaan(terlebih dahulu). (Hadis riwayat Bukhari).
Jadikanlah masalah itu sebagai tanda cinta ALLAH SWT pada kita bukan sebagai bebanan.

Sebuah musibah akan terasa menjadi kenikmatan jika kita berjaya menghadapinya dengan rasa syukur, sabar dan bertawakal serta merenungi hikmah dari setiap kejadian. (Kata-kata Hukama').


Anda hendaklah lebih banyak berfikir dan bercakap tentang pengalaman-pengalaman yang menggembirakan daripada pengalaman-pengalaman yang membawa duka nestapa. (Kata-kata Hukama')
-sabar menjadi pelangi di hati, mereka telah tiba, sesungguhnya janji Allah itu BENAR-

Isnin, 26 Oktober 2009

~bagaimana memahami ayat Allah yang ada di alam~

dengan nama Allah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih

Dalam Al-qur’an dinyatakan bahwa orang yang tidak beriman adalah mereka yang tidak mengenali atau tidak menaruh kepedulian akan ayat atau tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-Nya.

Sebaliknya, ciri menonjol pada orang yang beriman adalah kemampuan memahami tanda-tanda dan bukti-bukti kekuasaan sang Pencipta tersebut. Ia mengetahui bahwa semua ini diciptakan tidak dengan sia-sia, dan ia mampu memahami kekuasaan dan kesempurnaan ciptaan Allah di segala penjuru manapun. Pemahaman ini pada akhirnya menghantarkannya pada penyerahan diri, ketundukan dan rasa takut kepada-Nya. Ia adalah termasuk golongan yang berakal, yaitu

“…orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Aali ‘Imraan, 3:190-191)

Di banyak ayat dalam Alqur’an, pernyataan seperti, “Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”, “terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang berakal,” memberikan penegasan tentang pentingnya memikirkan secara mendalam tentang tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah telah menciptakan beragam ciptaan yang tak terhitung jumlahnya untuk direnungkan. Segala sesuatu yang kita saksikan dan rasakan di langit, di bumi dan segala sesuatu di antara keduanya adalah perwujudan dari kesempurnaan penciptaan oleh Allah, dan oleh karenanya menjadi bahan yang patut untuk direnungkan. Satu ayat berikut memberikan contoh akan nikmat Allah ini:

“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. An-Nahl, 16:11)

Marilah kita berpikir sejenak tentang satu saja dari beberapa ciptaan Allah yang disebutkan dalam ayat di atas, yakni kurma. Sebagaimana diketahui, pohon kurma tumbuh dari sebutir biji di dalam tanah. Berawal dari biji mungil ini, yang berukuran kurang dari satu sentimeter kubik, muncul sebuah pohon besar berukuran panjang 4-5 meter dengan berat ratusan kilogram. Satu-satunya sumber bahan yang dapat digunakan oleh biji ini ketika tumbuh dan berkembang membentuk wujud pohon besar ini adalah tanah tempat biji tersebut berada.

Bagaimanakah sebutir biji mengetahui cara membentuk sebatang pohon? Bagaimana ia dapat berpikir untuk menguraikan dan memanfaatkan zat-zat di dalam tanah yang diperlukan untuk pembentukan kayu? Bagaimana ia dapat memperkirakan bentuk dan struktur yang diperlukan dalam membentuk pohon? Pertanyaan yang terakhir ini sangatlah penting, sebab pohon yang pada akhirnya muncul dari biji tersebut bukanlah sekadar kayu tak bermanfaat. Ia adalah makhluk hidup yang kompleks yang memiliki akar untuk menyerap zat-zat dari dalam tanah. Akar ini memiliki pembuluh yang mengangkut zat-zat ini dan yang memiliki cabang-cabang yang tersusun rapi sempurna. Seorang manusia akan mengalami kesulitan hanya untuk sekadar menggambar sebatang pohon. Sebaliknya sebutir biji yang tampak sederhana ini mampu membuat wujud yang sungguh sangat kompleks hanya dengan menggunakan zat-zat yang ada di dalam tanah.

Pengkajian ini menyimpulkan bahwa sebutir biji ternyata sangatlah cerdas dan pintar, bahkan lebih pintar daripada kita. Atau untuk lebih tepatnya, terdapat kecerdasan mengagumkan dalam apa yang dilakukan oleh biji. Namun, apakah sumber kecerdasan tersebut? Mungkinkah sebutir biji memiliki kecerdasan dan daya ingat yang luar biasa?

Tak diragukan lagi, pertanyaan ini memiliki satu jawapan: biji tersebut telah diciptakan oleh Dzat yang memiliki kemampuan membuat sebatang pohon. Dengan kata lain biji tersebut telah diprogram sejak awal keberadaannya. Semua biji-bijian di muka bumi ini ada dalam pengetahuan Allah dan tumbuh berkembang karena Ilmu-Nya yang tak terbatas. Dalam sebuah ayat disebutkan:

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkah tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (QS. Al-An’aam, 6:59).

Dialah Allah yang menciptakan biji-bijian dan menumbuhkannya sebagai tumbuh-tumbuhan baru. Dalam ayat lain Allah menyatakan:

Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (QS. Al-An’aam, 6:95)

Biji hanyalah satu dari banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang diciptakan-Nya di alam semesta. Ketika manusia mulai berpikir tidak hanya menggunakan akal, akan tetapi juga dengan hati mereka, dan kemudian bertanya pada diri mereka sendiri pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”, maka mereka akan sampai pada pemahaman bahwa seluruh alam semesta ini adalah bukti keberadaan dan kekuasaan Allah SWT. (Harun Yahya)

kafemuslimah.com

Sabtu, 24 Oktober 2009

~ bawa hati ~

dengan nama Allah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih

kembara diri mencari Tuhan
pasti ada mehnah dan ujian
bawalah hatimu kepada Tuhan
pasti segalanya rasa manisan
seindah seaman syurga idaman

Rabu, 21 Oktober 2009

~ selamat pendek umur ~

dengan nama Allah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih

Selamat pendek umur,” saya bergurau.
Sahabat saya agak tersentak, namun tetap senyum. Dia faham, saya hanya bergurau.
Kenapa pula?” tanyanya.
Dia kelihatan ceria. Hari ini ulang tahun hari kelahirannya. Saya meraikan dia dengan belanja makan di restoran berhampiran tempat kami bekerja.
Yalah, bukankah tarikh mati telah Allah tetapkan di dalam rahim ibu lagi. Ertinya, semakin hari, semakin dekat langkah kita menuju ketetapan itu.”
Makna, semakin hari semakin pendeklah umur kita?” tingkahnya penuh pengertian.
Ya, hari ini setapak lagi kita dekat dengan kematian.”
Pelik, selalunya bila hari lahir orang bercakap tentang hidup. Tentang kejayaan. Tentang pencapaian. Sekarang kita bercakap tentang kematian pula.”
Siapa yang tidak bercakap tentang mati akan ‘mati’,” balas saya.
Kenapa pula?”
Hukama berkata, sesiapa yang tidak tahu untuk apa dia akan mati, maka dia tidak layak hidup!”
Untuk apa kita mati?”
Untuk hidup,” kilas saya lagi, sekadar bermain kata, bersilat bahasa untuk meninggikan makna.
Dia diam. Menung dan alam fikirnya telah terusik barangkali.
Mati untuk hidup?”
Ya, mati bukanlah suatu pengakhiran tetapi hanya satu permulaan.”
Satu permulaan? Maksud kau?”
Mati adalah satu permulaan kepada hidup yang tidak mati-mati lagi – alam akhirat. Kau masih ingat kata-kata Umar Ibn Aziz yang aku sering ungkapkan dulu?”
Hampir terlupa. Waktu di kampus dulu?”
Umar berkata, manusia diciptakan untuk hidup selamanya. Hidup selepas mati itulah hidup yang hakiki!”
Terkesima dia. Jari-jarinya mula menepuk-nepuk meja. Perlahan. Tetapi saya yakin gerakan mindanya makin laju. Dia biasa begitu.
Jadi, hidup ini untuk mati dan mati itu untuk hidup?”
Wah, saya pula yang terkejut mendengar liuk lentok bahasanya. Berputar-putar seputar maknanya.
Ya. Hidup di sini, di dunia ini, adalah tanaman untuk tuaian pada hidup di sana, di akhirat. Itulah tujuan hidup yang fana ini, demi kelangsungan hidup yang baqa itu.”
Jika demikian apa ada pada umur?”
Umur hanyalah putaran suria, purnama dan buana yang dilakarkan oleh jarum jam, minit dan saat sebuah arloji,” balas saya. Seronok sekali sekala, berbual dengan bahasa berbunga di sulam kosa kata yang berputik dan berbuah.
Maksudnya kita abadi?”
Ya, tapi bukan abadi seperti Khalik (pencipta) yang tidak ada permulaan dan tidak ada pengakhiran. Kita tetap makhluk.”
Jika demikian, umur itu relatif juga kan?”
Ya, kan Einstein pun fahamnya begitu? Masih ingat Teori Relativiti masa?”
Panjang dan pendek umur bukan pada kuantiti tapi pada kualiti.”
Juga bukan pada yang zahir tapi juga yang maknawi.”Semakin rencam perbincangan kami. Tidak mengapa, sekali-sekala apa salahnya, berfalsafah kekadang lebih indah.
Imam Nawawi, pendek umurnya tetapi ‘panjang’ ilmu dan abadi jasanya. Imam Syafi’i, Imam Ghazali, tidak sempat pencen istilah orang sekarang, namun impak perjuangan mereka melangkaui dekad dan abad,” tambahnya memberi contoh.
Umar Ibn Aziz memerintah hanya kurang lebih 2 tahun sahaja tetapi keunggulannya mengatasi khalifah Umayyah sebelum dan selepasnya,” sambungnya lagi.
Rupa-rupanya petua nak panjangkan umur ialah dengan panjangkan amal, panjangkan ilmu, panjangkan jasa,” kata saya seakan merumuskan.
Harta boleh panjangkan umur…sedekah atau wakafkan, jadilah amal jariah. Pahalanya berterusan. Akhlak boleh panjangkan umur…hubungkan silaturahim, panjanglah umur kita. Demikian maksud hadis.”
Apakah rahsia kejayaan orang yang ‘panjang’ umur itu?”
Mereka sedar tentang tujuan! Mereka adalah peribadi yang sentiasa sedar akan tujuan segala sesuatu. Mereka tahu tujuan hidup, mereka tahu tujuan mati. Mereka mencari tujuan pada setiap tindakan.”
Hasilnya?”
Dunia sentiasa menyediakan jalan kepada orang yang punya tujuan. When there is will, there is a way!”
Tapi kita bukan mereka!”
Betul. Tapi itu bukan kelemahan, bahkan satu kekuatan. Setiap kita adalah unik. Tuhan tidak menciptakan manusia bodoh, tetapi Dia mencipta manusia dengan kebijaksanaan berbeza.”
Kita lebih bijak daripada mereka?”
Ya, di sudut-sudut tertentu. Seorang pemandu lebih bijak daripada seorang professor dari segi pemanduan kereta.”
Tetapi keintelektualan lebih berharga daripada kebolehan memandu kereta. Professor lebih berharga daripada seorang driver. Gaji mereka lebih tinggi.”
Maksudnya, umur seorang professor lebih ‘panjang’ berbanding seorang driver? Maksud kau begitu?”
Perbezaan itu bukan perbezaan taraf, tetapi perbezaan jalan. Jalan untuk seorang driver menjadi hamba Allah berbeza dengan jalan seorang professor. Itu sahaja.”
Kau tidak mengiktiraf darjat orang berilmu?”
Tidak begitu. Orang berilmu memang dilebihkan beberapa darjat…tapi dengan syarat, mereka takutkan Allah. Kan itu takrif sebenar seorang ulama’?
Maksudnya?”
Seorang driver yang takutkan Allah lebih tinggi darjatnya daripada seorang professor yang tidak takutkan Allah. Tetapi sekiranya kedua-duanya takutkan Allah, tentu sahaja ‘umur’ professor itu lebih panjang daripada umur driver lantaran ilmu dan amalannya yang lebih tinggi dan berharaga!”
Ah, surah al-Baqarah menukilkan seorang yang mati di jalan Allah hakikatnya terus hidup. Syuhada mendapat pahala dan kurnia berterusan daripada Allah. Jadi, satu petua lagi untuk panjang umur ialah mati syahid,” ujar saya mengalih arus perbualan.
Benarlah kata ahli sejarah, para sahabat Rasulullah itu hidup kerana mereka mencintai mati. Dan generasi hari ini ‘mati’ kerana terlalu mencintai hidup.”
Wah, terlalu panjang perbualan kita petang ini. Apa pun aku ingin mengucapkan ‘selamat panjang umur’ sempena hari lahir kau yang ke-40 tahun hari ini,” pintas saya sambil bangun.
Jam telah menunjukkan pukul 6 petang. Hari semakin pendek.
Eh, tadi kau kata ‘selamat pendek umur’, sekarang dah bertukar balik seperti ucapan biasa yang aku dengar, selamat panjang umur?” dia bertanya hairan.
Eh, kau lupa agaknya. Maksud ‘panjang umur’ku berbeza daripada biasa. Maksudku, selamat menambah ilmu, selamat menambah amal, selamat mengeratkan silaturahim, selamat menambahkan sedekah, selamat menambahkan rasa takut kepada Allah. Iulah maksud selamat panjang umur!”

-Dipetik daripada buku "Nota Hati Seorang Lelaki, Pahrol Mohd. Juoi"-

Di waktu segala jalan hubungan bumi ditutup orang, jalan hubungan ke langit lapang terluang...

Isnin, 19 Oktober 2009

~rintik-rintik kian lebat~

dengan nama Allah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih

Adakalanya Allah memberi
sebelum sempat kita menadah tangan
kerana Dia tahu apa yang kita inginkan

Adakalanya Dia mengambil
sebelum sempat Dia memberi tahu
kerana Dia lebih tahu apa yang terbaik untuk kita

Adakalanya Dia menguji
tanpa kita sedari
maka dianugerahkan akal untuk berfikir...
memilih jalan terbaik

~Ya Allah moga jalan yang dilorongkan ini adalah yang terbaik...pasakku kian kejap, biar rintik-rintik kian lebat...amin~

Ahad, 18 Oktober 2009

~usah meminta-minta~

dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Usah meminta cantiknya rupa
Kerna moleknya akhlak lebih utama

Usah meminta uwang berjuta
Kerna kaya ilmu lebih selesa

Usah meminta hati gembira
Kerna tak semesti bahagia di SANA

Pintalah redhaNya setiap ketika
Kerna itulah matlamat dicipta

~Ya Allah, kurniakanlah redhaMu dalam setiap desah nafas kami, dalam setiap gerak langkah kami, moga akhirnya kami kan bersatu di syurgaMu, amin~

Sabtu, 17 Oktober 2009

~ilmu dan kita~

dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Rasululllah S.A.W bersabda:

Barangsiapa yang menginginkan kesejahteraan di dunia, hendaklah dia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan kesejahteraan di akhirat hendaklah dia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan kesejahteraan di dunia dan akhirat hendaklah dia menguasai ilmu.

Hadith ini telah menerangkan kepentingan ilmu pengetahuan daik dalam kehidupan dunia mahupun akhirat. Tapi terdapat satu lagi perkara yang penting tentang ilmu ni. Ianya terkandung dalam sebuah lagi hadith;

Barangsiapa yang bertambah ilmunya tetapi tidak bertambah ketaqwaannya, maka tidak ada sesuatu apapun yang bertambah dalam dirinya kecuali jauh dari Allah. (Astagfirullah hal a'dzim)

Makanya, walau di ceruk mana pun kita berada, di padang pasir yang tandus atau bumi subur penuh berkah, atau tanah sedingin peti sejuk kita perlulah mencari ilmu. Meski kita jauh beribu batu dari para sahabat atau di tengah ramainya umat, kita perlu mencari ilmu itu. Namun yang pasti, berhentilah seketika dan renunglah sejenak, sejauh mana ilmu yang kita perolehi telah mengubah ketaqwaan kita kepada-Nya.

Wallahua'alam

Ahad, 4 Oktober 2009

~ air dan daei ~

dengan nama Allah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih

Analogi air utk para daie

Saudaraku jadilah air. Karena ia tak pernah berhenti dalam bergerak. Ia senantiasa terus mengalir membasahi tempat-tempat yang rendah. Dan setiap tempat yang dilaluinya sudah pasti ikut basah, lagi tanahnya subur dan baik bagi kehidupan. Walaupun kadangkala ia tertahan geraknya oleh tingginya halangan ataupun bendungan serta terjal dan berlikunya jalan yang harus dilaluinya, lambat tapi pasti, ia akan melewati halangan itu dan kemudian terus dan terus mengalir sampai muara. Bahkan sesekali ia memancar ke atas untuk keindahan, meluncur deras kebawah untuk kekuatan dan mengalir tenang untuk ketawadhu’anya.

Tapi saudaraku, janganlah engkau jadi air yang tidak pernah mengalir, yang hampa menggenang di satu tempat saja dan tidak pernah ada aliran baru yang masuk dan menggantikannya. Kerana air yang demikian lama kelamaan akan kering menguap, bahkan menjadi sarang penyakit yang akan merosak dan menghancurkan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Na’udzubillah.

“ Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan di lingkungan manusia, memerintah kepada yang baik dan mencegah dari yang mungkar, serta beriman kepada Allah ……… ”(Ali Imran : 110)

Wallahua'lam

~mohon dengan sangat ~

dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Ku Mohon dengan sangat Ya Allah,
janganlah Kau kurniakan sesuatu yang aku pinta
semata-mata kerana belas & simpati-Mu Ya Allah
sedangkan ia hanya mendatangkan kemudaratan atas diriku.
Amin.

~bicara hati 1 ~

dengan nama Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Janji Tuhan tak pernah dimungkiri.
Setiap titis air mata, setiap derita dan sengsara pasti ada hikmah di sebaliknya.
Dan sesungguhnya sesuatu yang kita miliki setelah berusaha dengan segala kudrat yang ada itu lebih nikmat rasanya.